Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

http://duniaanak2000.blogspot.com

Waspadai Diabetes pada Anak

POLA makan anak-anak yang masih sering berubah mungkin dianggap wajar oleh orang tua. Anak yang tiba-tiba lebih banyak makan dan lebih banyak minum sekaligus lebih sering buang air kecil mungkin sering dipandang biasa. Tapi, coba cermati lebih seksama. Di tengah perubahan itu, apakah si anak malah mengalami penurunan berat badan? Atau dia yang biasanya sudah tidak mengompol malah sering mengompol.


Gejala-gejala tersebut bisa jadi menunjukkan anak Anda terkena diabetes. Diabetes pada anak memang bukan kondisi yang umum terjadi. Akan tetapi, kondisi itu rupanya tengah merebak. Sekitar tiga puluh tahun silam, kasus diabetes pada anak bisa dibilang tidak pernah ditemukan. Pada tahun ini saja, spesialis endokrinologi anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Aman Pulungan menyatakan sudah menangani 20 kasus.

Diabetes pada anak bisa terjadi pada usia berapa saja. "Tidak ada batasan usia. Bahkan pada anak yang baru lahir sekalipun," ujarnya saat ditemui di sela jam praktiknya di Jakarta, Senin (5/11).

Salah satu penyebabnya ialah keadaan auto-immune yang dibawa gen keturunan dan dicetuskan, misalnya, oleh infeksi virus. Tapi, Aman menyatakan 70%-80% kasus diabetes anak yang ditanganinya tidak memiliki riwayat diabetes dalam keluarga. Jadi, diabetes pada anak bisa juga merupakan keadaan idiopatik yang belum bisa diketahui penyebabnya.

Umumnya diabetes yang diderita anak-anak adalah diabetes tipe 1 yang bergantung pada insulin. Diabetes jenis ini, dijelaskan Aman, disebabkan pankreas tidak dapat menghasilkan insulin atau menghasilkan dalam jumlah sangat sedikit. ''Padahal insulin dibutuhkan untuk memasukkan gula ke proses metabolisme tubuh yang mengubahnya menjadi energi,'' ujarnya.

Jika insulin tidak ada atau sangat sedikit, proses metabolisme tubuh tidak dapat terjadi. Alhasil, kadar gula di dalam darah meningkat dan tidak ada energi yang terbentuk. Anak akan cepat merasa lelah, cepat lapar, dan cepat haus.

Meski belum banyak, ada pula anak yang terserang diabetes tipe 2 yang tidak bergantung pada insulin. Diabetes ini disebabkan terjadinya resistensi insulin. ''Insulinnya normal, tapi tidak berfungsi optimal dalam tubuh,'' papar dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah dan Klinik Anakku ini.

Karena pola makan berlebihan tanpa olahraga, insulin yang harusnya bekerja memproses asupan gula perlahan tidak mampu lagi mengolah asupan yang masuk. Akibatnya, tidak terjadi metabolisme sempurna. Biasanya anak dengan berat badan berlebih berisiko terkena diabetes ini.

Aman menyayangkan banyaknya kasus diabetes anak yang tidak ditangani dengan tepat. ''Anak diabetes banyak juga yang masuk ke unit gawat darurat dengan gejala sakit perut, mual-mual, hingga muntah. Lalu mereka didiagnosa usus buntu atau pneumonia. Tidak ada yang terpikir untuk melakukan tes gula darah. Mungkin karena pasiennya masih anak-anak,'' urainya mengingatkan.

Aman mengakui belum ada pencegahan yang bisa dilakukan. Oleh karena itu, hal yang perlu diperhatikan adalah penanganannya. ''Perlu ditingkatkan kesadaran, terutama orang tua, bahwa diabetes bisa menyerang anak-anak,'' tegasnya.

Satu-satunya jalan pengobatan yang dapat dilakukan hingga saat ini adalah memberikan insulin dari luar secara teratur. Dengan begitu, metabolisme bisa terus terjadi. Bentuknya bisa berupa suntikan, pen, pompa, atau semprotan. ''Ini harus dilakukan seumur hidup,'' kata Aman. Biasanya anak perlu diberikan pengertian bahwa kondisi tubuhnya mengharuskan dia untuk mampu memasukkan insulin ke tubuhnya sendiri. Untuk selanjutnya, ia akan harus memantau pola makannya. Biasanya, kata Aman, anak-anak usia 7-8 tahun sudah dapat diajarkan menggunakan alat untuk memasukkan insulin.

Berbagai perawatan anak diabetes itu tentu membutuhkan dukungan dari keluarga dan tim ahli. Menurut Aman, penanganan anak dengan diabetes membutuhkan tim diabetik tersendiri. ''Terdiri dari dokter spesialis endokrin anak, dietician, pembimbing yang biasanya perawat serta psikolog,'' kata dia.

Seorang dietician atau ahli gizi akan membantu menyusun pola makan anak diabetes agar tetap mengasup gizi lengkap karena usianya masih dalam pertumbuhan. Sedangkan psikolog akan membantu si anak dan keluarganya untuk tetap berlapang dada menerima kondisi tersebut. Hal yang perlu diingat, menurut Aman, anak dengan diabetes belum tentu berisiko umur pendek. ''Asalkan penanganannya tepat,'' kata dia.

Empat perhatian utama dalam perawatan anak dengan diabetes meliputi pemberian insulin, pengaturan pola makan, olahraga, dan edukasi. Saat ini dunia medis masih menyempurnakan cara pengobatan diabetes lain. Yakni transplantasi pankreas.

Batasi jajanan manis
Penderita diabetes memang identik dengan pembatasan makanan. ''Tapi jangan samakan pembatasan itu dengan anak-anak karena usia mereka masih dalam pertumbuhan,'' tutur Aman.

Nutrisionis dari Yayasan Gizi Kuliner, Susirah Soetardjo, Senin (5/11) lalu, menyatakan, pada orang dewasa, konsumsi gula bisa diganti dengan pemanis buatan. Tapi untuk anak-anak, makanan manis itu lebih baik diganti buah-buahan. "Daripada minum minuman ringan, lebih baik jus yang dibuat sendiri. Fruktosa atau gula buah juga tidak cepat diserap seperti gula biasa," tambahnya.

Orang tua diharapkan tidak memberi akses mudah untuk jajanan atau minuman berkadar gula tinggi. ''Misalnya saat orang tua pulang dari kantor, jangan biasakan membawa oleh-oleh biskuit, donat, atau minuman manis dalam kemasan,'' ujar Susirah.

Pihak sekolah pun perlu diajak bekerja sama melindungi anak dari serangan minuman atau makanan bergula tinggi. Sekolah harus diinformasikan bahwa anak Anda mengidap diabetes.

Susirah mencontohkan kantin-kantin sekolah di negara maju yang mencoba mengganti mesin penjual minuman ringan dengan jus buah. ''Awalnya memang tidak populer, tapi lama-lama, karena tidak ada pilihan lain, penjualan jadi naik,'' tambah Susirah.

Gerakan-gerakan seperti itu ditambah pendidikan memadai tentang gizi dari sekolah dan rumah baru mampu menyaingi kekuatan iklan. Tapi, seminggu sekali pada hari libur, anak diberi 'hadiah' boleh makan donat atau minum minuman ringan tidak apa-apa. Namun, harus tetap diingat porsi tidak boleh berlebihan.


Sumber : mediaindonesia.com

Artikel Terkait

Deteksi Dini Diabetes Pada Anak
Kenali Penyebab Diabetes Pada Anak 

Bagaimana Merawat Gigi Anak ?
10 Tips Mencegah Gigi Balita Berlubang
Kapan Ya Gigi Bayi Tumbuh ?